Bilal Bin Rabah RA.adalahSeorang budak Negro dari Habsyah (Ethiopia), yang sangat terkenal dalam sejarah Islam. Dan merupakan bukti nyata penghormatan Islam terhadap kesetaraan sosial.Bilal menjadi budak Umayyah (seorang musuh Islam), ketika mendengar bahwa Bilal masuk Islam, ia menyiksanya dan memaksa Bilal untuk melepaskan keimanan barunya. Meskipun ia disiksa dengan kejam ia terus mengatakan “Ahad, Ahad.” (Allah itu satu, Allah itu satu)
Ketika Nabi Muhammad saw mengetahui tentang penganiayaan yang dialami Bilal, ia mengutus Abu Bakar ra, yang menebusnya dari sang penindas dan membebaskannya dari perbudakan. Kebebasan ini adalah hadiah pertama Islam kepada Bilal.Khalifah Kedua Umar Bin Khattab menghormati Bilal dengan menyebutnya sebagai Sayyidina (pemimpin kami).
Nabi Muhammad SAW.adalah orang pertama yang menyatakan kesetaraan diantara manusia dalam sejarah dunia 1400 tahun yang lalu. Dihadapan lebih dari 120.000 sahabat saat haji, beliau menyatakan:
“Wahai para manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan bapak kalian itu satu. Ingatlah, tidak ada keunggulan orang Arab atas orang ajam/asing, dan tidak bagi orang ajam atas orang Arab, tidak bagi orang kulit putih atas kulit hitam, dan tidak bagi orang kulit hitam atas kulit putih kecuali taqwa.”
Nabi memilih Bilal menjadi salah satu sahabat yang mulia.Munculnya Bilal sebagai seorang yang menonjol dalam sejarah Islam adalah bukti pentingnya pluralisme dan kesetaraan sosial dalam Islam.Bilal merupakan orang Afrika pertama yang memeluk Islam, umat Islam Afrika masih merasa bangga dengan kehormatan yang diberikan kepada orang Afrika tersebut.
Kehormatan besar lainnya bagi Bilal adalah setelah Fathu Makkah pada 8 Hijriah. Ketika kota Mekkah menyerah dan semua orang, baik Muslim dan non Muslim berkumpul di suatu halaman, Nabi SAW. meminta Bilal untuk menaiki atap Ka’bah dan mengumandangkan azan dari atasnya. Ini adalah azan pertama yang dikumandangkan di Makkah al-Mukarromah.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Bilal merasa sulit untuk menghabiskan waktu di Madinah tanpa Nabi SAW.Dia meminta kepada Khalifah Abu Bakar untuk membiarkannya pergi ke Syiria untuk berjihad. Dan disana ia menghabiskan sisa waktu hidupnya. Ia mengumandangkan azan hanya dua kali setelah itu. Yang pertama ketika Khalifah Umar bin Khattab datang ke Syiria dan kedua ketika ia mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW di Madinah. Setelah mendengar suara azannya orang-orang menangis, karena mengingat masa-masa kehidupan Nabi SAW.
Bilal meninggalkan Madinah untuk tinggal di Syiria. Ketika Khalifah Umar mengunjungi Baitul Maqdis (Yerusalem), ia meminta Bilal untuk mengumandangkan azan. Dan ketika ia mengumandangkan Azan, para sahabat menangis tersedu-sedu teringat masa lalu. Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar menangis yang mana ia belum pernah menangis seperti itu sebelumnya.
Bilal menghabiskan hari-hari terakhirnya di Syiria. Beliau wafat pada 18 Hijriah pada usia 64 tahun dan dimakamkan di Bab-al-Sagheer dekat Jama Umavi di Damaskus. Ia melayani Nabi saw selama 25 tahun.Islam telah mengangkat derajatnya pada tingkat seperti yang Umar bin Khattab memanggilnya sebagai Sayyidina (pemimpin kami).
Di saat-saat pembaringan terakhirnya, istrinya Hind menangis, ‘wa hazana’ (suatu kesedihan yang besar) dan Bilal menjawab, Wa Tarabaa’ (suatu sukacita yang besar); “Besok saya akan berjumpa dengan orang yang saya cintai – Muhammad saw dan para sahabatnya.”….(Aje79)….